Bulgaria Ancam Veto Larangan Impor Minyak Rusia oleh Uni Eropa

Lintas7news.com – Bulgaria mengancam akan mem-veto atau tidak memberikan dukungan terhadap Uni Eropa atas sanksi larangan impor minyak Rusia.

Wakil Perdana Menteri Bulgaria Assen Vassilev menuturkan veto akan diambil jika negaranya tidak mendapat pengurangan dari usulan larangan membeli minyak Rusia.

Sebelumnya, pemerintah negara-negara Uni Eropa telah menyepakati sanksi terhadap Rusia atas invasi militernya ke Ukraina. Namun, mereka masih menjadwalkan diskusi lebih lanjut terkait bagaimana negara-negara di Eropa yang paling bergantung pada energi Rusia mengatasi kekurangan pasokannya.

“Pembicaraan akan berlanjut besok, Selasa (10/5) waktu setempat. Posisi kami sangat tidak jelas. Jika ada beberapa pengurangan untuk beberapa negara, kami juga ingin mendapatkan pengurangan itu,” kata Vassilev, dilansir ChannelNewsAsia.com, Senin (9/5).

“Jika tidak, maka kami tidak akan mendukung pemberian sanksi. Meskipun, saya tidak berharap sampai sana,” lanjut dia.

Sejumlah negara di Eropa sangat bergantung pasokan minyak Rusia. Hungaria, misalnya, bergantung pada minyak Rusia yang dikirim dari jaringan pipa era Soviet menghadapi tantangan terbesar dan telah meminta sumber-sumber alternatif. Hungaria juga meminta pengurangan.

Komisi Eropa sendiri telah mengusulkan perubahan untuk embargo awal minyak Rusia, dengan memberikan tiga negara lebih banyak waktu untuk mengalihkan pasokan energi mereka. Tetapi, Bulgaria tidak mendapatkan keistimewaan itu.

Padahal, menurut Vassilev, Bulgarian membutuhkan waktu untuk mengamankan pasokan energi mereka karena hanya memiliki satu-satunya kilang Pelabuhan Laut Hitam Burgas.

Dilansir dari CNNIndonesia.com – Kilang Neftochim Burgas yang dimiliki oleh Lukoil Rusia itu diketahui menyediakan bahan bakar untuk negara Balkan. Saat ini, separuh dari minyak yang diprosesnya berasal dari Rusia.

“Pengecualian terhadap Bulgaria akan menimbulkan risiko yang serius untuk wilayah Burgas atau memaksa kilang minyak mengurangi pemrosesan, yang akan menciptakan defisit dan akhirnya meningkatkan harga bahan bakar minyak,” tandasnya.

(CNNIndonesia/RI)

Bagikan Melalui

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.