Lepas Masker Area Malboro di Izinkan Oleh Sultan Yogya

Lintas7news.com – Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X mengizinkan pelepasan masker di kawasan Malioboro, Kota Yogyakarta.

“Ya hanya ya sekarang tergantung pada dirinya. Dengan banyak orang [di Malioboro] mau pakai masker atau tidak. Gitu aja,” kata Sultan di Kompleks Kepatihan, Kota Yogyakarta, Jumat (20/5).

Sultan menekankan era pandemi Covid-19 ini belum berakhir. Potensi penularan atau penyebaran masih ada.

“Ya kalau saya kalau memang biarpun ruang terbuka kalau seperti Malioboro penuh ya harus bijak. [Masker] mau copot atau mau dibuka. Karena dimungkinkan aja. Hanya kan risikonya lebih besar karena pandemi masih ada,” pesannya.

Masker, pesan Sultan, masih jadi alat pelindung diri yang wajib dikenakan ketika di ruang tertutup mengingat minimnya sirkulasi udaranya.

“Di dalam ruang dipakai, karena kan penyebaran, angin juga, udaranya kan belum tentu bagus,” kata dia.

Pandangan Epidemiolog UGM

Terpisah, Pakar Epidemiologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Riris Andono Ahmad menyebut arahan pemerintah melonggarkan penggunaan masker di tengah situasi Covid-19 sudah tepat menurut keilmuannya.

“Ya, artinya (secara epidemiologi) memang ini saatnya orang ada periode di mana orang bisa merasa normal kembali,” kata Riris saat dihubungi, Rabu (18/5).

Di lansir dari CNNIndonesia.com – Riris menjelaskan pada prinsipnya masker bisa dilepas ketika berada di dalam ruangan terbuka yang tak padat manusia. Tetapi, sambungnya, perlu dibuat aturan agar tak menjadi banyak interpretasi.

Pemerintah, kata dia, juga perlu mengelola risiko atau konsekuensi berupa euforia masyarakat dari pelonggaran aturan masker ini. Perlu ditekankan bahwa ini bukanlah akhir dari sebuah pandemi, melainkan situasi hanya lebih aman untuk saat ini.

Menurut dia, tinggi rendahnya risiko penularan dipengaruhi dua faktor. Pertama, adalah tingkat kekebalan di level komunitas.

“Meskipun sekarang kita tahu bahwa herd immunity itu tidak akan terjadi tetapi semakin banyak orang di populasi yang mempunyai kekebalan akan menyebabkan risiko penularannya menjadi rendah,” kata Riris.

“Indonesia pada saat ini dalam situasi seperti itu. Dalam artian kita baru saja mengalami selesai dengan gelombang Omicron yang sangat tinggi, lebih tinggi dari delta,” sambungnya.

Faktor kedua, kata Riris, tentunya adalah cakupan vaksinasi Covid-19 di Indonesia yang cukup baik. Kombinasi dua hal inilah yang membuat level kekebalan di populasi cukup tinggi sehingga mampu menekan risiko penularan.

“Ini yang mendasari kenapa pada situasi seperti ini sebenarnya tanpa menggunakan masker pun risikonya tidak akan meningkat secara cepat risiko penularannya. Dan aturannya lebih melonggarkan, tidak mengatakan tidak memakai masker sama sekali kan,” ucapnya.

Bagaimanapun, ia mengingatkan aturan ini perlu ditinjau ulang manakala muncul varian baru Covid-19 yang mampu menembus kekebalan tubuh dan memicu gelombang penularan berikutnya. Atau ketika level imunitas di populasi sudah menurun drastis.

“Karena kita tahu kan kekebalan untuk covid tidak berlangsung cukup lama, mungkin sekitar 4-6 bulan. Kalau itu terjadi, kemudian ada peningkatan penularan ya kita harus kembali untuk menggunakan masker lagi lebih ketat,” tandasnya.

(CNNIndonesia/NB)

Bagikan Melalui

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.