Penjelasan Eks Bos Intelejen Israel Terkait Operasi Mossad di Iran

Lintas7News.com – Mantan kepala badan intelijen Israel Mossad, Yossi Cohen, membeberkan operasi agensinya selama ini terhadap program nuklir Iran, musuh bebuyutan Tel Aviv.

Salah satu operasi rahasia Mossad yang diungkap Cohen dalam wawancara program investigasi Channel 12 itu adalah pembunuhan ilmuwan nuklir Iran, Mohsen Fakhrizadeh, dan sabotase situs nuklir Natanz beberapa waktu lalu.

Cohen menggambarkan upaya Israel mencegah para ilmuwan Iran berkontribusi pada program nuklir negara itu. Ia menyebut beberapa ilmuwan utama telah meninggalkan pekerjaan mereka usai mendapat peringatan, bahkan ultimatum secara tidak langsung, oleh Israel.

“Jika para ilmuwan itu ingin mengubah karier mereka dan tidak ingin melukai kita lagi, maka, ya, beberapa kali kita menawarkan mereka jalan keluar,” kata Cohen dalam wawancara tersebut.

Dilansir dari CNNIndonesia.com – Dalam kesempatan itu, Cohen juga membeberkan beberapa operasi Mossad lainnya terhadap Iran, termasuk pencurian arsip dokumen terkait program nuklir Teheran pada 2018.

Dalam sesi tersebut, presenter Channel 12, Dayan, menjelaskan bahwa sedikitnya 20 agen Mossad berhasil mencuri materi dari 32 berkas program nuklir Iran dan memindai serta mengirimkan sebagian besar dokumen itu ke Tel Aviv. Puluhan agen itu padahal bukan warga Israel.

Cohen membenarkannya dan menegaskan bahwa Mossad menerima sebagian besar materi sebelum dokumen-dokumen itu dibawa keluar Iran.

“Penting bagi kami agar dunia melihat ini dan memberitahu Iran bahwa, wahai teman-teman terkasih, pertama Anda telah disusupi; kedua, kami memata-matai Anda, dan tiga, era kebohongan sudah berakhir,” ujar Cohen.

Wawancara Cohen ini berlangsung di akhir masa jabatannya setelah memimpin Mossad selama lima setengah tahun di bawah rezim Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.

Cohen terkenal dekat dengan Netanyahu dan memiliki hubungan dengan pejabat dan pengusaha lainnya hingga media. Ia pun sempat dikritik akibat relasi dekatnya dengan sang pemimpin negara Zionis yang dinilai bersifat politis.

“Saya tahu saya membayar harga untuk kedekatan saya dengan (Netanyahu) dan bahwa hubungan kepercayaan yang saya miliki dengan perdana menteri sangat berguna untuk operasi Mossad dan perkembangannya,” ucap Cohen.

“Tapi, saya bekerja untuk tujuan tertinggi, saya tidak bekerja untuk perdana menteri,” kata dia.

(CNNIndonesia/RI)

Bagikan Melalui

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.