Tersisa 2 Ekor, Badak Putih Utara Terancam Punah

Lintas7News.com – Badak Putih Utara (Ceratotherium simum cottoni) merupakan hewan yang hampir punah lantaran tinggal tersisa dua ekor lagi di dunia.

Dengan demikian, badak ini belum punah. Sebab menurut pengertian IUCN Red List, hewan disebut punah jika tidak ada seekor hewan pun yang tersisa di alam liar dan penangkaran.

Dua ekor Badak yang tersisa pun berjenis kelamin betina. Sehingga, mereka tak bisa beranak tanpa kehadiran pejantan. Sebab, Badak Putih Utara jantan terakhir tewas pada 2018 lalu.

Badak jantan terakhir, Sudan, mati di usia 45 tahun. Dua badak betina yang tersisa adalah anak dan cucu Sudan, Najin (31) dan Fatu (20-an).

Sehingga, para ilmuwan sengaja mengonservasi sperma Sudan untuk disuntikkan ke sel telur Badak betina yang tersisa agar spesies ini bisa berkembang lagi.

Perbincangan soal Badak Putih Utara kembali mencuat setelah sebuah akun @SlemanYouthCrew mencuitkan gambar Badak Putih Utara yang mati dengan tulisan “Badak Putih Utara Resmi Punah”.

“Badak Putih Utara, Punah! Bertahan selama 55 juta tahun di Bumi, saksi dari perubahan bumi, merasakan seleksi alam yang hebat, namun tak dapat bertahan dari ganasnya Manusia. Selanjutnya hewan apa yang punah atas ganasnya manusia? Komodo? Harimau Sumatera? Gila memang,” demikian cuit akun itu.

Dilansir dari CNNIndonesia.com – Berikut sejumlah fakta mengenai Badak Putih Utara.

1. Sempat dikira punah akhir abad-19

Badak ini sempat dikira punah pada akhir abad-19. Namun, ternyata sebagian kecil badak ini ditemukan di Afrika Selatan pada 1895.

Pada 1979 dan 1986 salah satu studi menyebut populasi ini tersisa 50 ekor. Sementara Badak Putih Utara terakhir yang ada di alam liar dilaporkan terlihat pada 2006.

Populasi hewan ini mengalami penyusutan akibat perburuan yang mengincar cula Sang Badak. Cula Badak banyak diburu lantaran dianggap bisa digunakan sebagai obat dan simbol status sosial, seperti ditulis Discover Magazine.

2. Kondisi fisik

Badak ini rata-rata berusia 39 hingga 43 tahun di alam liar. Sementara di penangkaran usianya hanya mencapai 27 hingga 30 tahun. Badak jantan yang terakhir hidup, Sudan, mati di usia yang cukup tua, sebab ia mati di usia 45 tahun.

Ukuran badak ini bisa mencapai 3,6 meter dengan berat hingga 3,5 ton.

3. Arti Badak Putih Utara

Kata White pada kata Northern White Rhino (Badak Putih Utara) bukan merujuk pada arti putih. Tapi merujuk pada istilah bahasa Jerman ‘weit’ yang berarti “lebar”.

Badak ini disebut lebar lantaran mulutnya bisa terbuka lebar dan berbentuk kotak untuk membantu mereka memamah biak rumput.

4. Hanya ada di Kenya

Spesies Badak Putih Utara merupakan subspesies dari Badak Putih yang tersebar di beberapa wilayah di Afrika. Saat ini Badak Putih Utara tinggal di Ol Pejeta, konservasi di Kenya yang dibuat pada Desember 2009, seperti tertulis pada situs IUCN. Kawasan ini dijaga pasukan bersenjata setiap saat untuk melindungi Badak langka itu.

Sebelumnya, Badak ini hidup di beberapa negara di Afrika timur dan tengah. Tapi, perburuan membuat populasi Badak ini turun drastis.

5. Ilmuwan berhasil buat embrio

Para ilmuwan telah memproduksi embrio dari badak yang tersisa. Total terdapat lima embrio badak yang berhasil dibuat hingga Januari 2021.

Embrio ini dibuat dengan mengambil sel telur Badak Putih Utara dan mengawinkan dengan sperma pejantan yang dibekukan.

Embrio ini disimpan di nitrogen cair di laboratorium Cremona, Italia. Embrio ini lantas akan ditransfer ke rahim ibu pengganti.

Tim peneliti yang tergabung dalam BioRescue berharap anak Badak pertama bisa lahir tiga tahun mendatang. Serta ditargetkan populasi yang lebih banyak bisa dicapai dalam dua puluh tahun lagi.

6. 55 juta tahun

Badak secara umum disebut pertama kali berevolusi sekitar 55 juta tahun yang lalu. Ini bukan berarti Badak Putih Utara saja yang sudah bertahan sejak 55 juta tahun lalu. Sebab, pada masa itu beragam mamalia mulai berkeliaran di muka Bumi.

Beberapa jenis badak awal tampak seperti kuda nil atau tapir; salah satu kerabat yang sangat besar memiliki leher yang begitu panjang sehingga kadang-kadang disebut “badak jerapah”.

Pada titik tertentu setelah melewati penyesuaian ribuan tahun, badak mulai menetap dalam bentuk dasar yang kita kenal sekarang: besar, berkulit tebal dan bertubuh besar, dengan mata kecil di belakang cula.

(CNNIndonesia/RI)

Bagikan Melalui

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.