Bahaya Gletser Antartika Semakin Dekat

Lintas7News.com – Tim peneliti berhasil mengungkap tentang kondisi yang yang terjadi di bawah lapisan es Gletser Thwaites. Dalam penelitian itu peneliti mengungkap suhu dan salinitas air yang mengalir di bawahnya serta kekuatan arus.

Penulis menjelaskan bahwa pasokan air hangat ke dasar gletser lebih besar dari yang diperkirakan para ilmuwan sebelumnya, serta lebih tidak stabil daripada yang diduga. Keadaan itu semakin menambah kekhawatiran peneliti tentang ‘hari kiamat gletser’.

Gletser Thwaites adalah bongkahan es yang luas dan mengalir dari lapisan es Antartika Barat ke Pine Island Bay, bagian dari Laut Amundsen.

Dilansir dari CNNIndonesia.com – Peneliti menyebut lapisan es seluas 119.300 mil persegi (192.000 kilometer persegi) di Gletser Thwaites telah menghilang lebih cepat daripada yang lain, sebagian besar karena air yang bersirkulasi di bawahnya dan mengikis di dasarnya.

Jika runtuh, para peneliti menyatakan itu bisa berdampak buruk pada kenaikan permukaan laut global.

Studi baru itu didasarkan pada pengamatan lapangan sejak 2019. Kala itu, tim yang terdiri dari dua lusin ilmuwan mengirim kapal selam oranye otonom bernama Ran ke bawah Thwaites. Selama 13 jam, kendaraan bawah air melakukan perjalanan di sekitar dua palung dalam di bawah gletser yang mengalirkan air hangat ke arahnya.

Di saat bersamaan, Ran juga menangkap data yang menunjukkan bahwa air hangat bersuhu hingga 33,89 derajat Fahrenheit (1,05 derajat Celcius) berputar di sekitar ‘titik penjepit’ penting gletser, atau titik kontak tempat lapisan es memenuhi batuan dasar yang menahannya.

Air hangat itu kemudian mencairkan cengkeraman penting tersebut, memberi ruang bagi retakan dan palung di es yang dapat membuatnya semakin tidak stabil.

Gletser Thwaites telah kehilangan sekitar 595 miliar ton (540 miliar metrik ton) es sejak tahun 1980-an. Kehilangan itu pun berkontribusi pada kenaikan 4 persen permukaan laut global.

Dalam ekosistem, Gletser bertindak seperti gabus dalam botol anggur, menghentikan sisa es di wilayah tersebut mengalir ke laut, sehingga runtuhnya Gletser Thwaites berpotensi membawa sisa Lapisan Es Antartika Barat bersamanya, menyebabkan kenaikan permukaan laut global hingga 10 kaki (3 meter).

“Kekhawatirannya adalah bahwa air ini bersentuhan langsung dengan bagian bawah lapisan es pada titik di mana lidah es dan dasar laut dangkal bertemu,” rekan penulis studi Alastair Graham, profesor oseanografi geologi di University of South Florida.

Para ilmuwan sebelumnya menerjunkan robot berbentuk torpedo melalui lubang sedalam 2.300 kaki (700 m) di es. Robot sebelumnya bernama Norse telah bertugas mengukur kekuatan, suhu, kandungan oksigen, dan salinitas arus laut yang mengalir di bawah gletser.

Sonar yang terdapat di Ran memungkinkan pemetaan laut beresolusi tinggi dari dasar rongga, membantu para ilmuwan untuk memvisualisasikan jalur masuk dan keluar arus.

(CNNIndonesia/RI)

Bagikan Melalui

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.