WHO Sebut Banyak Negara Kaya Yang Memonopoli Vaksin COVID-19

Lintas7News.com – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengecam negara-negara kaya yang dinilai tidak hanya memonopoli pasokan vaksin corona tapi juga menghalangi jalan bagi negara berkembang untuk mendapatkan akses.

Dilansir dari CNNIndonesia.com Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, menyinggung banyak negara kaya yang melakukan pembelian vaksin dalam kesepakatan langsung dengan produsen.

Hal itu, kata Tedros, membuat alokasi pasokan vaksin yang telah disepakati produsen untuk negara berkembang dan miskin melalui program aliansi kerja sama Covax terus berkurang.

Tedros menuturkan WHO telah memiliki alokasi dana yang cukup untuk membeli dosis vaksin corona bagi beberapa negara yang paling membutuhkan setelah mendapat tambahan kontribusi dari Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Jerman. Namun, dana tersebut menjadi sia-sia karena tidak ada yang bisa dibeli.

“Meski Anda punya uang, jika Anda tidak dapat menggunakan uang itu untuk membeli vaksin, punya uang menjadi tidak ada artinya,” kata Tedros dalam jumpa pers virtual dengan Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier, Senin (22/2).

Laporan itu muncul setelah organisasi sipil The ONE Campaign menyatakan bahwa negara G-7 bersama Uni Eropa dan Australia secara kolektif membeli hampir 1,25 miliar dosis vaksin corona lebih banyak dari yang mereka butuhkan untuk memvaksinasi setiap populasi mereka.

“Beberapa negara berpenghasilan tinggi sebenarnya mendekati produsen vaksin untuk mendapatkan lebih banyak vaksin, yang mempengaruhi kesepakatan dengan Covax dan bahkan jumlah yang dialokasikan untuk Covax berkurang karena ini,” kata Tedros.

“Kami hanya dapat mengirimkan vaksin ke negara-negara yang menjadi anggota Covax jika negara-negara berpenghasilan tinggi bekerja sama dalam menghormati kesepakatan yang dilakukan Covax,” ujarnya.

Gelombang pertama vaksin Covax akan dikirim ke negara-negara terdaftar antara akhir Februari dan akhir Juni.

Sekitar 145 negara akan menerima sekitar 337,2 juta dosis vaksin. Jumlah itu dikatakan cukup memvaksinasi tiga persen lebih dari total populasi 145 negara.

Covax berharap bisa menaikkan angka tersebut hingga 27 persen.

Sementara itu, salah satu produsen vaksin terbesar di dunia, Institut Serum India, mendesak negara-negara lain untuk “bersabar” dalam mendapatkan vaksin. SII mengklaim telah diinstruksikan untuk memprioritaskan pasar dalam negeri sebelum menjual vaksin ke luar.

(CNNIndonesia/ZA)

Bagikan Melalui

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.