Trump Akui Kemenangan Biden, Tetapi Tetap Klaim Curang

Mandatory Credit: Photo by Alex Brandon/AP/Shutterstock (10655341aq) President Donald Trump speaks with reporters about the coronavirus in the James Brady Briefing Room of the White House, in Washington Virus Outbreak Trump, Washington, United States - 22 May 2020

Jakarta – Setelah beberapa hari bersikeras bahwa dirinya menang, Donald Trump untuk pertama kalinya mengakui kemenangan Presiden Amerika Serikat terpilih, Joe Biden. Namun ia tetap mengatakan bahwa kemenangan Joe Biden adalah hasil dari kekeliruan pemilu Amerika Serikat.

Dilansir dari CNNIndonesia.com dalam cuitannya, Trump tetap berkeras jika terdapat kekeliruan dalam kemenangan Biden. Trump menyebut jika terdapat serangkaian teori konspirasi yang membuatnya kalah.

“Dia menang karena Pemilu dicurangi. TIDAK ADA PENGAWAS SUARA ATAU PENGAWAS yang diizinkan, pemungutan suara yang ditabulasikan oleh perusahaan swasta Radical Left, Dominion, dengan reputasi buruk dan peralatan buruk yang bahkan tidak dapat memenuhi syarat untuk Texas (yang banyak saya menangkan!), Media Palsu dan Media yang Diam, dan lainnya!,” cuit Trump pada Minggu (15/11).

Dalam cuitannya lainnya, Trump menuduh Biden hanya menang menurut pemberitaan “media palsu”.

“Dia hanya menang di mata MEDIA BERITA PALSU. Saya tidak mengakui APA PUN!. Jalan kita masih panjang. Ini adalah PEMILU YANG CURANG!,” cuit Trump.

https://twitter.com/realDonaldTrump/status/1327979630477922304

Biden hingga kini meraih 306 suara elektoral dalam pemilu 3 November lalu. perolehan ini 36 lebih banyak dari yang dibutuhkan capres sebanyak 270 suara untuk melenggang ke Gedung Putih.

Otoritas senior federal dan pemilu negara bagian, termasuk agen keamanan dunia maya terkemuka dan 16 jaksa federal yang ditugaskan untuk memantau pemilu. Mereka menolak klaim kecurangan yang selama ini kerap digaungkan Trump.

Di sisi lain, Trump dan pendukungnya terus berkeras jika dia akan membuktikan adanya penipuan dan sesumber bisa menang di pengadilan.

Meski demikian, para pemimpin dari hampir setiap negara di dunia telah memberi selamat kepada Biden sekaligus memperkuat anggapan bahwa hampir tidak ada yang menanggapi tuntutan hukum Trump secara serius. Gugatan tersebut juga hampir secara universal dianggap tidak berdasar oleh hakim.

Disinggung mengenai cuitan Trump, kepala staf yang baru ditunjuk Biden, Ron Klain mengatakan bahwa itu sebagai “konfirmasi lebih lanjut dari kenyataan bahwa Joe Biden memenangkan pemilu”.

“Kalau presiden (Trump) sudah siap untuk mulai menyadari kenyataan itu, itu positif,” ujarnya saat diwawancara NBC News.

Sementara itu, beberapa pejabat pemerintahan Trump secara pribadi mengatakan bahwa mereka memahami kemenangan Biden, tapi Trump perlu waktu untuk “memproses” kekalahannya.

Hingga saat ini, Trump masih menolak bekerja sama melakukan transisi peralihan ke pemerintahan Biden.

Demokrat menuturkan penolakan Trump dapat merusak keamanan nasional maupun meningkatnya tantangan dari pandemi virus corona.

“Joe Biden akan menjadi presiden Amerika Serikat di tengah krisis yang sedang berlangsung. Itu harus menjadi transisi yang mulus,” kata Klain.

Klain menambahkan, untuk saat ini, Biden dan timnya bahkan tidak diizinkan untuk berkonsultasi dengan seseorang, seperti ahli imunologi pemerintah, Anthony Fauci.

Sementara itu, sejumlah tokoh seperti mantan presiden AS Barack Obama dan Senator Bernie Sanders turut buka suara mengenai penolakan Trump. Obama mengatakan bahwa ada kerusakan demokrasi di balik klaim yang dilontarkan Trump selama ini.

Sementara Bernie Sanders menyebut penolakan Trump sebagai “hal yang benar-benar memalukan dan tidak mencerminkan warga Amerika”.

“Saya hanya berharap kepada Tuhan dia memiliki kesopanan dalam dirinya untuk bertindak dan berkata, ‘Anda tahu apa? Kami berjuang keras, kami kalah dalam pemilu, semoga sukses untuk Joe Biden’,” kata Sanders kepada CNN.

(CNN/ZA)

Bagikan Melalui