Penyebab Persalinan Tidak Lancar

Jakarta – Menjelang waktu persalinan, para ibu hamil mempersiapkan segala sesuatu agar prosesnya bisa berjalan lancar. Namun, ada beberapa kondisi medis yang membuat persalinan terhambat sehingga sulit melahirkan.

Di lansir dari detik.com (4/11/2020) Hal ini bahkan bisa dialami berbagai usia, termasuk mereka yang sudah pernah menjalani persalinan sebelumnya. Menurut Dr dr Suskhan Djusad, SpOG (K), Kepala Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo, kondisi sulitnya persalinan atau melahirkan adalah distosia.

“Jika seorang ibu mengalami distosia, waktu persalinannya akan panjang dan bahkan, ada yang tidak mengalami kemajuan sama sekali,” jelas dr Suskhan, dikutip dari HaiBunda.

Ada tiga penyebab ibu hamil mengalami distosia dan penanganannya.

  1. Power (tenaga)
    Power adalah tenaga ibu mendorong bayi keluar. Tenaga ibu yang lemah dapat menyebabkan proses persalinan menjadi tidak lancar.

“Jika tenaga ibu kuat, maka persalinan lancar. Sebaliknya, jika tenaga ibu tidak ada, maka akan sulit melahirkan,” kata dr Suskhan.

  1. Passage (jalan lahir)
    Passage adalah kondisi jalan lahir yang terdiri dari mulut rahim dan juga ukuran panggul ibu. Apabila kondisi panggul ibu tidak baik, dan pembukaan tidak lengkap dan ibu hamil bisa mengalami distosia.
  2. Passenger (bayi)
    Passenger adalah bayi. Dalam persalinan, ukuran bayi sangat penting untuk diperhatikan. Ukuran bayi yang besar (di atas 4 kg) bisa menyebabkan ibu mengalami distosia. Batas atas berat bayi saat dilahirkan adalah 3,5 kg atau 3.500 gram.

Selain 3P, terdapat kondisi lain yang bisa menyebabkan seseorang mengalami distorsia:

  1. Mal posisi
    Persalinan normal terjadi ketika bagian kepala janin terletak di bagian bawah panggul. Kelainan posisi atau malposisi dapat menyebabkan distosia. Hal ini bisa dikarenakan janin letak lintang yang dapat terjadi pada bayi besar, terlilit tali pusat, dan kelainan panggul.

Kelainan bagian terbawah janin atau malpresentasi terjadi pada bayi sungsang. Bayi sungsang atau bagian terbawah janin adalah bokong dapat menyebabkan persalinan tiga kali lebih sulit dari persalinan dengan posisi bayi normal.

” Bayi sungsang dapat terjadi pada keadaan posisi plasenta berada di bawah (dekat jalan lahir), bayi berukuran besar, dan adanya tumor atau kista,” jelas dr Suskhan.

  1. Diabetes gestasional
    Ibu yang mengalami diabetes gestasional bisa memiliki bayi yang berukuran besar atau makrosomi. Bayi biasanya memiliki bobot di atas 4 kg. Kalau makrosomi maka dianjurkan operasi karena bisa mengalami distosia bahu.
  2. Usia terlalu muda dan tua
    Usia terlalu muda bisa menjadi penyebab persalinan menjadi sulit. Apabila usia ibu belum terlalu matang, bisa menyebabkan distosia.

Begitu juga saat usia ibu semakin tua, maka kemungkinan semakin lemas tenaganya, dan otot dasar panggulnya kendur, dibandingkan ibu yang melahirkan di usia muda (matang).

Berikut dampak-dampak distorsia:

  1. Bahu bayi patah
    Ukuran bayi yang terlalu besar bisa menyebabkan distosia bahu. Kondisi ini biasanya kepala bayi lahir tapi bahu tidak lahir. Untuk bisa mengeluarkan bayi, maka bahu bayi akan dipatahkan. Untuk itu, sebisa mungkin hal ini dicegah.
  2. Kematian bayi
    Distosia juga bisa menyebabkan bayi mati dalam kandungan. Apabila kondisi bayi, terutama bagian kepala sudah keluar, dalam durasi 5-10 menit tidak segera dikeluarkan maka bayi bisa mati.
  3. Dinding rahim robek
    Dinding rahim robek atau ruptur uteri, bisa menjadi salah satu komplikasi dari distosia. Dinding rahim yang robek terjadi karena adanya tindakan dalam usaha pervaginal untuk melahirkan janin pada uterus yang segmen bawahnya telah teregang karena adanya distosia. Namun, kemajuan dalam bidang kebidanan, dinding rahim robek bisa dicegah.

“Jika dibiarkan, maka ibu akan mengalami perdarahan hebat. Darah akan masuk ke dalam perut, ini bisa menyebabkan bayi meninggal dalam kandungan, dan bisa menyebabkan kematian pada ibu,” ujar Dr Suskhan.

  1. Fistula
    Distosia bisa sebabkan ibu mengalami fistula. Kondisi ketika kencing keluar terus karena kandung kemihnya bolong. Ini diakibatkan tekanan akibat bayi besar, ibu yang terlalu banyak mengejan selama persalinan.

Solusi untuk ibu yang mengalami distosia:

  1. Caesar
    Apabila ukuran bayi besar dan adanya kelainan di punggung, maka tindakan yang akan dilakukan adalah caesar. Operasi caesar adalah jalan satu-satunya agar bayi dan ibu selamat apabila mengalami distosia.
  2. Vakum
    Apabila ibu mengalami Cephalopelvic disproportion (CPD) atau komplikasi kehamilan yang terdapat ketidaksesuaian ukuran antara panggul ibu dengan kepala janin. Tindakan yang bisa dilakukan menggunakan vakum.
  3. Lakukan oksitosin
    Jika tenaga ibu kurang, maka diberikan obat penambah kontraksi yakni oksitosin. Dengan begitu akan ada rangsangan tenaga untuk mendorong bayi bisa keluar dari jalan lahir.

Sebenarnya, distosia bisa dicegah selama kehamilan. Karena itulah sangat penting bagi ibu untuk rajin memeriksa janin ke dokter selama kehamilan:

  1. Atur makanan ibu hamil
    Tingginya kandungan karbohidrat bisa membuat bayi berukuran besar. Kebanyakan ibu hamil suka nyemil yang tinggi karbohidrat. Untuk mencegah kenaikan berat badan bayi yang besar, jika ibu hamil ingin camilan maka yang diperbolehkan hanya buah.
  2. Istirahat yang cukup sebelum melahirkan
    Untuk memiliki tenaga yang cukup kuat agar bisa mengejan, ibu harus banyak istirahat sebelum melahirkan. Mempersiapkan fisik jelang melahirkan harus didukung dengan olahraga maupun dengan istirahat yang cukup.
  3. Rutin kontrol kehamilan
    Mengontrol kehamilan itu penting untuk mengetahui berat badan dari bayi yang dikandung. Apabila tidak rajin kontrol, dan bayi dalam kondisi besar, maka kemungkinan akan operasi caesar.
  4. Kontrol diabetes
    Ibu yang memiliki riwayat diabetes akan memengaruhi besarnya berat badan janin. Oleh karena itu, rajinlah kontrol diabetes selama kehamilan agar berat badan bayi bisa terjaga dengan normal.
  5. Senam hamil
    Memasuki kehamilan minggu ke-34, ibu harus melakukan senam hamil. Upaya ini dilakukan agar menghindari posisi bayi sungsang.
  6. Pijat pirenium
    Di usia 36 minggu, ibu hamil sudah boleh melakukan pijat perineum. Ibu hamil bisa melakukan pijat perineum tiga kali dalam sehari dengan durasi 5 menit.
  7. Periksalah ke dokter mata
    Ibu yang memiliki mata minus di atas 5 sangat berisiko mengalami kebutaan bila melahirkan secara normal. Sebab, jika mengejan dapat menyebabkan lepasnya retina mata (abrasio retina). Jadi periksakan dahulu ke dokter dari usia 36 minggu untuk menghindari risiko kebutaan.(*)
Bagikan Melalui