Rubahnya Tatanan dan Tradisi Masyarakat Akibat Pandemi Covid-19

Oleh    : Anang AF

Pemerhati Sosial Budaya

Pandemi Corona Virus atau yang biasa di sebut Covid-19, sampai saat ini masih belum bisa diberantas. Wabah yang di mulai dari China tersebut menyebar hampir di seluruh dunia. Dilansir dari  worldometers.info pukul 07.00 WIB kasus Covid-19 di seluruh dunia per hari  Kamis (02/07/2020) yakni mencapai 10.785.853 kasus. Dari jumlah tersebut terdiri dari 517.929 orang meninggal dunia dan 5.928.921 pasien telah sembuh dan ada 4.339.003 kasus aktif atau pasien dalam perawatan yang tersebar di berbagai negara.

Tidak terkecuali Indonesia sebagai salah satu negara di Asia yang terdampak Covid-19. Jumlah penderita positif mencapai angka 50 ribu dengan total kematian dua ribu jiwa, sedangkan pasien yang sembuh 26 ribu berdasarkan data dari Kemenkes. Seolah ingin melibas seluruh penduduk dunia, pandemi Covid-19 masih terus berlangsung walaupun banyak negara yang sudah sembuh dari pandemi tersebut.

Pandemi Corona tidak hanya sebatas menyerang orang yang sakit dengan berbagai keluhan, tetapi juga menyerang seluruh sendi dan tatanan sosial masyarakat. Bahkan Indonesia yang mempunyai penduduk 260 juta jiwa pun seolah-olah harus merubah sistim yang berjalan selama ini.

Dampak yang luar biasa ini hampir menyeluruh merubah pola dan cara berpikir, mulai dari kebijakan pemerintah, sosial, ekonomi, dan agama. Karena pandemi Covid-19 ini tidak mengenal negara, sosial, ekonomi bahkan agama. Semua dilibas oleh yang namanya Covid-19.

Dari pemerintah pusat misalnya, menggelontorkan ratusan trilyun anggaran untuk penangan pandemi Corona dengan mengalihkan beberapa anggaran dari berbagai sektor. Selain itu juga pemerintah harus mengeluarkan berbagai peraturan untuk menangani masalah pandemi ini yang tentunya merubah tradisi dan tatanan yang ada di masyarakat.

Semuanya tidak terlepas dari dampak pandemi, seperti Kemenkumham yang memulai dengan program asimilasi karena pandemi. Dimana banyak para napi mendapatkan remisi dan di bebaskan. Napi yang berulah setelah mendapatkan asimilasi tersebut tidak jarang yang akhirnya berbuat kejahatan.

Sosial masyarakat yang terdampak oleh pandemi merubah pola dan sifat warga dalam berkomunikasi. Dengan dampak Covid ini, warga yang biasa bertegur sapa bertatap muka langsung, harus di batasi dengan melakukan tatap muka dan pertemuan langsung melalui komunikasi virtual. Salah satu contoh budaya dan tradisi untuk silaturahmi saat lebaran. Sangat terasa lebaran tahun ini, tidak banyak lalu lalang dan hilir mudik, karena batasan dari social distancing. Tidak hanya itu, kini setiap rumah warga pasti tersedia air basuh dan sabun cuci, dimana sebelumnya tidak pernah ada aturan untuk mencuci tangan saat masuk ke instansi atau rumah. Bahkan semakin banyak orang yang memakai masker karena takut akan bahaya Covid. Pola hidup dan tatanan sekarang sudah tidak seperti dulu, yang mana setiap orang yang memakai masker akan mendapatkan penilaian negatif di jalanan. Dan sekarang banyak orang yang lalu-lalang menggunakan masker penutup wajah.

Sisi lain yang tak kalah penting, adalah disaat pandemi sedang gencarnya menyerang, dampak yang ditimbulkan dari sektor ekonomi adalah putaran keuangan dari jual beli masyarakat yang terhambat dan terbatas, adanya kebijakan work from homebagi masyarakat kelas menengah ke bawah yang mempunyai penghasilan dari bekerja sistim upah per hari. Tentunya akan menjadi beban tersendiri akibat kebijakan bekerja dari rumah. Pemerintah mau tidak mau juga membantu warga yang terdampak pekerjaanya karena Covid. Paling banyak di rugikan adalah di sektor perdagangan.

Dalam kebebasan beragama pun, salah satu fakta yang merubah kebiasaan yaitu adanya larangan berkumpul, fakta yang paling mudah adalah setiap orang yang akan beribadah baik itu di masjid, gereja, wihara atau tempat ibadah lain harus membatasi diri. Tidak seperti dulu sebelum pandemi, dimana orang bebas berkumpul untuk beribadah bersama.

Masa pandemi dalam bahasa sekarang, dulu orang jawa mengatakan bahwa sesuatu yang merenggut banyak nyawa dan merubah sistim sosial dinamakan sebagai pagebluk, dimana pagebluk mempunyai rentang waktu yang lama untuk selesai. Seperti sekarang, pandemi Covid-19 ini akan masih terus berlangsung, sampai akhirnya pemerintah ber-statemen untuk berdamai dengan Covid dan hidup berdampingan.

Semoga pandemi Corona ini bisa segera berakhir, pola dan sistim negara serta kehidupan masyarakat dalam sosial, ekonomi dan agama akan bisa kembali seperti sediakala. Memutus rantai covid dengan pola hidup sehat.(AN)

Bagikan Melalui