Kerajinan Batok Kelapa Lesu, Berikut Sebabnya

BLITAR-Pemerintah Kabupaten Blitar mesti bergerak cepat terkait lesunya perekomonian beberapa waktu  terakhir.  Itu berdampak serius terhadap pelaku usaha kecil dan menengah. Misalnya saja perajin tempurung kelapa di Kecamatan Wonodadi.

“Awal tahun dua ribuan kami sampai kehabisan stok bahan baku. Berton ton batok kelapa habis untuk memenuhi pasar regional maupun internasional,” kata Marlean, salah seorang perajin batok kelapa.

Menurut dia, menurunnya daya beli masyarakat saat ini dipengaruhi oleh perekonomian nasional. Dampaknya perbulan hanya beberapa kwintal saja bahan baku yang bisa diolah. Itu pun kadang tidak habis dalam sebulan.

” Kami berdayakan masyarakt sekitar untuk membuat kerajinan tas dari bahan baku batok kelapa ini. Dulu ada ratusan orang kini hanya beberapa saja, karena permintaan pasar menurun darastis,” katanya.

Produk dari Wonodadi ini dulu memenuhi pasar nasional. Tempat tempat wisata menjadi jujugan untuk mempromosikan produk. Bali, Jakarta, Bandung dan sekitarnya menjadi target distribusi pasar. Bahkan beberapa negara tetangga seperti Singapura, Kanada dan sebagian negara eropa juga pernah melakukan pesanan. “Karena memang ekonomi global sedang terpuruk. Sebenarnya kami juga tak pernah berhenti berinovasi, tidak hanya tas kami juga pernah buat sandal dari batok kelapa. Tapi pasarnya kian susah,” ujar Yamani, perajin batok lainnya. Untuk produk sandal, Yamani biasanya bekerjasama dengan butik. Dengan sistem konsinyasi, pemilik butik tidak terbebani dengan pembelian sandal. Namun, karena perputarn yang lambat, Yamani pun memutuskan untuk fokus pada produk tas. ” Kalau dulu bisa sampai belasan ribu perbulan, kini paling banyak hanya sekitar 1,5 ribu yang diproduksi,” katanya. (mha/yog)

Bagikan Melalui